Selama sebulan kebelakang banyak sekali peristiwa yang terjadi terkait dengan industri serta ekosistem film di Makassar. Mulai dari perilisan film “Uang Panai’ 2”, film “Janda” di layar lebar, hingga acara bertajuk Makassar Cinema Weekend yang merupakan Festival Film yang diadakan oleh Kinefilia dan diinisiasi oleh Khozy Rizal. Festival yang diadakan pertama kali di tahun ini dan diharapkan berlanjut ke tahun-tahun berikutnya.
Acara ini diadakan tanggal 24 – 25 Agustus 2024 di Rumata’ Artspace. Sebelum acara utama, Kinefilia juga mengadakan 5 rangkaian pre-event dengan berbagai kegiatan seperti pemutaran film pendek serta diskusi dengan beberapa filmmaker. Sementara acara utamanya tidak kalah menarik, di antaranya ada adalah Lokakarya, Talkshow, Pameran, hingga Pemutaran Film.
Lokakarya yang diadakan mengakomodasi banyak sekali unsur dalam industri film. Mulai dari “Pemrograman Film di Festival Film bersama Fransiska Prihadi”, “How to Make a Dossier for Short Films bersama Rahmadiyah Tria Gayathri”, hingga “Penulisan Skenario untuk Film Pendek bersama Reza Fahri”. Mulai dari distribusi, produksi dan funding, hingga artistik dan pra produksi semuanya diakomodasi oleh Makassar Cinema Weekend.
Tak lupa ada juga talkshow bertajuk “Wicara Semasa” bersama Riri Riza, Ekky Imanjaya, dan Ayu Puspa F. membahas mengenai “Pengarsipan Film Regional”. Talkshow ini juga diakomodasi oleh “SINERIA” sebuah lembaga pengarsipan film. SINERIA juga membawa film “Kerikil-kerikil Tajam” karya Sjumandjaja tahun 1984 untuk dipertontonkan dalam tajuk “Layar Semasa”.
Santapan utamanya adalah Program Film Pendek yang dibagi menjadi dua bagian yaitu, “International Short Films I & II” dan “Sinema Timur Hari Ini”. Menampilkan banyak sekali film pendek dari berbagai daerah di Indonesia maupun luar negeri. Mulai dari NTT, Ambon, Bali, Palu, Makassar, Manado, Papua, Kosta Rika, Palestina, Spanyol, Filipina, Qatar, Ceko, Kosovo, Norwegia, hingga Filipina. Film yang ditayangkan pun beraneka ragam, mulai dari film dokumenter, drama yang terasa sangat “arthouse”, road-movie yang komikal dan menegangkan, komedi romantis yang manis, horror eksploratif, animasi eksperimental, hingga eksperimental yang absurd.
Beragamnya kegiatan yang diadakan oleh Makassar Cinema Weekend mungkin akan menyulitkan pengunjung untuk mencari garis besar apa yang coba disampaikan oleh kegiatan ini. Namun, semua kebingungan itu tampaknya akan langsung terjawab saat melihat sebuah instalasi yang berisikan timeline film-film Makassar yang tayang mulai dari sebelum hingga sesudah masa reformasi.
“Merayakan Sinema”. Bagaimana semua orang yang berada di belakang acara ini merancangnya sebagai sebuah perayaan. Merayakan kecintaan semua yang hadir haus akan film. Menumbuhkan ekosistem dan industri melalui Lokakarya, menyediakan ruang dialog antara pelaku industri dengan audiens, hingga menghormati sejarah panjang film di Makassar yang membuat kita bisa ada di titik ini. Dimana semua orang berbondong-bondong mencari film dari daerah kita untuk ditonton, dirayakan.
Sepulang acara hal yang paling terasa mungkin adalah perasaan penuh, penuh akan kebanggaan dan kebahagiaan. Bagaimana banyak sekali orang berkumpul untuk merayakan sinema. Mulai dari pelaku industri seperti Khozy Rizal, Riri Riza, Hannah Al Rasyid, Sutradara Indonesia Timur, SINERIA, semua kru Makassar Cinema Weekend. Hingga audiens dari berbagai latar belakang. Semuanya tertawa berbahagia, menangis terharu, hingga berbangga telah merayakan sebuah festival berisikan orang-orang mencintai sebuah medium seni bernama “Sinema”.