Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data yang menunjukkan penurunan signifikan dalam pergerakan Wisatawan Nusantara (Wisnus) di bulan Mei 2025. Jumlah perjalanan Wisnus tercatat anjlok sebesar 36,79 persen dibandingkan dengan bulan April 2025 (month-to-month/mtm).
Pada Mei 2025, tercatat hanya 585,8 ribu perjalanan Wisnus, jauh di bawah angka April 2025 yang mencapai 926,6 ribu perjalanan. Penurunan tajam ini menunjukkan adanya efek siklus yang kuat pada sektor pariwisata domestik.
Libur Panjang Usai, Mobilitas Menurun
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menjelaskan bahwa penurunan ini didorong oleh faktor musim. Bulan April 2025 adalah peak season karena adanya perayaan Hari Raya Idulfitri, libur panjang nasional, dan juga aktivitas umrah yang tinggi.
Setelah momen besar tersebut usai, masyarakat cenderung menahan diri untuk bepergian, yang kemudian berimbas pada penurunan tajam di bulan Mei. BPS juga memberikan catatan terkait keberangkatan haji: perjalanan jemaah haji baru akan tercatat sebagai perjalanan Wisnus pada data bulan Juni 2025, setelah mereka kembali ke Indonesia.
Data Transportasi Mendukung
Penurunan jumlah Wisnus ini sejalan dengan data transportasi domestik di Indonesia. Data BPS menunjukkan indikator pendukung sebagai berikut:
- Penumpang Pesawat Domestik: Turun 16,65 persen (mtm) menjadi 4,5 juta penumpang.
- Penumpang Transportasi Laut: Turun 21,42 persen (mtm) menjadi 2,6 juta orang.
- Penumpang Kereta Api: Masih menunjukkan kenaikan tipis sebesar 0,53 persen (mtm) menjadi 45,1 juta orang, yang mungkin didorong oleh perjalanan rutin komuter atau jarak pendek.
Menariknya, di tengah penurunan domestik, jumlah penumpang pesawat internasional justru meningkat 11,05 persen (mtm) menjadi 1,8 juta orang. Hal ini mengindikasikan bahwa sementara masyarakat Indonesia menahan perjalanan domestik pasca-Lebaran, pergerakan turis internasional ke Indonesia tetap stabil atau bahkan tumbuh di bulan Mei.
Penemuan BPS ini menjadi acuan penting bagi Kemenparekraf untuk merancang strategi stimulus pariwisata yang lebih efektif di luar periode libur panjang.


