JAKARTA – Kabar baik datang dari industri kreatif kita! Langkah Indonesia untuk jadi pemain kunci di panggung kreatif global semakin mantap dan kuat. Pemerintah, lewat Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), dan para pelaku industri digital lokal kompak menggandeng perusahaan-perusahaan raksasa dari Korea Selatan dan Jepang. Fokus utama kolaborasi ini? Jelas banget: memperkuat subsektor musik dan mengakselerasi talenta kita di industri webtoon (komik digital).
Kolaborasi strategis ini bukan cuma urusan dagang biasa, lho. Ini adalah bagian dari diplomasi budaya yang efektif banget untuk meningkatkan daya saing talenta-talenta hebat Indonesia di mata dunia.
Kemitraan Musik Jangka Panjang: Kemenparekraf dan Negeri Ginseng
Pada 16 Oktober 2025, Kemenparekraf tancap gas memperluas langkah diplomasi kreatifnya. Kali ini, mereka menjalin kolaborasi jangka panjang dengan Korea Creative Content Agency (KOCCA), sebuah lembaga pemerintah Korea Selatan yang fokus mengembangkan industri konten kreatif.
Wakil Menteri Ekonomi Kreatif, Irene Umar, menegaskan bahwa kemitraan ini harus menghasilkan dampak yang nyata, terutama dalam memperkuat subsektor musik yang memang menjadi salah satu prioritas nasional kita.
“Kami ingin memastikan kolaborasi dengan KOCCA berkembang menjadi kemitraan strategis yang saling menguntungkan dan berorientasi hasil, khususnya dalam memperkuat subsektor musik,” ujar Irene. Ini menunjukkan bahwa kemitraan ini serius dan tidak main-main.
Menurut Irene, kemitraan ini krusial untuk membuka pasar-pasar baru, memperluas jaringan kreatif, dan otomatis meningkatkan daya saing talenta lokal. Bentuk kerja samanya pun luas, tidak cuma pertukaran artis, tapi juga pengembangan Hak Kekayaan Intelektual (IP) bersama. Bahkan, ide keren muncul, yaitu menggabungkan unsur budaya Indonesia, seperti batik, ke dalam pertunjukan K-pop sebagai simbol persahabatan lintas budaya. Keren, ya!
Selain KOCCA, Kemenparekraf juga sedang menjajaki peluang kolaborasi dengan dua perusahaan hiburan besar Asia lainnya, yaitu Quan Entertainment (Korea Selatan) dan Spherix Entertainment (Malaysia). Mereka ini dikenal sebagai penghubung utama antara pasar Asia Tenggara dan industri hiburan Korea.
KY Academy: Mencetak Eksportir Kreator Webtoon Berstandar Internasional
Di sektor digital, sinergi lintas negara juga terjadi. Pelaku industri lokal kita, Kisai Entertainment, bergandengan tangan dengan raksasa konten digital Korea Selatan, YLAB Academy, dan perusahaan komik Jepang, Sorajima.
Kisai Entertainment, studio produksi webtoon terbesar di Asia Tenggara, resmi menandatangani kesepakatan untuk mendirikan KY Academy. Ini bakal jadi akademi webtoon pertama di Indonesia dengan kurikulum yang standar internasional!
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Mardyana Listyowati, yang menyaksikan penandatanganan itu, mengungkapkan rasa bangganya bisa mendukung kemitraan strategis ini. Beliau melihat kerja sama ini sebagai bagian penting dari upaya pemerintah mendorong pertumbuhan industri kreatif dan memperkuat hubungan dagang dengan Jepang dan Korea Selatan.
Tessa Yadawaputri, Founder dan CEO Kisai Entertainment, menjelaskan bahwa KY Academy adalah solusi jitu atas tantangan terbesar pengembangan konten webtoon di Indonesia. Akademi ini akan menggunakan kurikulum aplikatif dari YLAB Academy, yang sudah terbukti sukses mencetak banyak webtoonist profesional dan konten terlaris di Korea.
“KY Academy ini menjadi jawaban atas salah satu tantangan terbesar pengembangan konten webtoon di Indonesia, yaitu dengan memberikan informasi, wawasan, dan kemampuan berstandar internasional untuk talenta masa depan Indonesia,” jelas Tessa penuh optimisme.
Potensi Ekonomi Fantastis
Target yang dipasang oleh Kisai Entertainment sangat ambisius, lho! Mereka berencana berinvestasi lebih dari Rp5 miliar selama lima tahun dan menargetkan 500 kreator profesional baru. Kreator ini diharapkan bisa menyumbang potensi ekspor jasa kreatif lebih dari US$2 juta per tahun.
Target ini sangat masuk akal mengingat pertumbuhan industri webtoon global yang diproyeksikan melonjak jauh dari US$5,4 miliar (2023) menjadi US$67,6 miliar di tahun 2032. Dengan 5% dari total pembaca aktif bulanan global berada di Indonesia, kehadiran KY Academy ini jelas akan meningkatkan partisipasi kreator lokal kita di pasar digital dunia, membuka peluang pendapatan jutaan dolar bagi mereka.
Pada intinya, inisiatif ini menegaskan bahwa Indonesia tidak mau hanya menjadi pasar, tetapi harus jadi produsen konten kreatif global yang kompetitif dan keren!


